Sabtu, 08 Januari 2011

Indonesia tropis,rumah pun konsep tropis

Di Indonesia,
rumah seharusnya dibangun dengan konsep tropis yang mementingkan sirkulasi udara.



Konsep rumah tropis, pada dasarnya adalah adaptasi bangunan terhadap iklim tropis, dimana kondisi tropis membutuhkan penanganan khusus dalam desainnya. Pengaruh terutama dari kondisi suhu tinggi dan kelembaban tinggi, dimana pengaruhnya adalah pada tingkat kenyamanan berada dalam ruangan. Tingkat kenyamanan seperti tingkat sejuk udara dalam rumah, oleh aliran udara, adalah salah satu contoh aplikasi konsep rumah tropis.

Meskipun konsep rumah tropis selalu dihubungkan dengan sebab akibat dan adaptasi bentuk (tipologi) bangunan terhadap iklim, banyak juga interpretasi konsep ini dalam tren yang berkembang dalam masyarakat; sebagai penggunaan material tertentu sebagai representasi dari kekayaan alam tropis, seperti kayu, batuan ekspos, dan material asli yang diekspos lainnya.


Udara Sejuk Dalam Rumah Dengan Ventilasi Proporsional

Pernahkah Anda merasa kegerahan meski berada di rumah yang cukup luas? Bisa jadi, itu karena desain rumah yang salah sejak awal. Seharusnya, rumah di Indonesia dibangun dengan konsep tropis yang mementingkan sirkulasi udara. Banyak orang tidak menyukai rumah yang menghadap barat. Pancaran sinar mentari yang menjelang tenggelam memang membuat gerah mereka yang berada di dalam rumah. Tetapi, itu belum seberapa. Toh, cuma beberapa jam saja terkena panas sore.

Di Indonesia, rumah yang menghadap utara justru hunian yang paling ’sial’. Betapa tidak, rumah tersebut disengat mentari sepanjang hari. Rumah yang dari pagi sampai petang terkena sinar matahari tersebut harus disiasati agar tak terlalu panas. Bagaimana triknya?

Untuk sirkulasi/pertukaran udara, ada beberapa jenis penghawaan yang bisa dipakai. Pertama, penghawaan buatan (air conditioner). Kedua, penghawaan alamiah, dan ketiga adalah penghawaan campuran.

Sirkulasi udara yang baik merupakan kunci untuk mendapatkan rumah yang tak pengap dan panas. Artinya, rumah harus memiliki bidang yang ada lubangnya. Arah bukaan hendaknya menyilang terhadap ruangan.

Dulu, orang sering menyediakan ventilasi bawah yang berjarak sekitar 20 cm dari lantai. Belakangan, cara ini mulai ditinggalkan. Padahal secara prinsip, ventilasi bawah memang efektif. Udara panas didesak ke atas hingga penghuni rumah tidak terlalu gerah.

Ditinggalkannya ventilasi bawah, didasarkan pada alasan khusus. Rumah-rumah di Indonesia kurang cocok memakai ventilasi bawah, karena secara umum sering dijumpai tikus disekitar area pemukiman. Kalau dipasang ventilasi bawah malah menjadi jalan masuk tikus. Repot jadinya... Smiley

Masih menyangkut ventilasi, luas bidang bukaan juga mempengaruhi panas tidaknya ruangan. Luas dan volume ruangan harus dipertimbangkan saat akan membuat jendela dan kisi-kisinya.

Bidang bukaan yang besar, seperti di rumah-rumah peninggalan Belanda, membuat udara di dalam ruang menjadi tidak terlampau panas. Setidaknya, hawanya nyaris sama dengan udara di luar. Jendela besar tetapi lubang ventilasinya kecil tak akan ada gunanya,

Ketidakcermatan dalam penyediaan bidang bukaan otomatis juga akan mempengaruhi kelembaban ruang. Pada gudang, contohnya. Ruang gudang yang kerap dibuat tertutup rapat membuat perabot, perkakas, atau apapun yang disimpan di dalamnya mudah berjamur. Tidak adanya lubang udara membuat udara menjadi lembab dan jamur makin mudah tumbuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar